Fakta dan Mitos Tentang Cacingan



Cacingan adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing yang menyerang manusia. Jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia bermacam-macam dan dapat memberikan gejala yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dari siklus hidup cacing tersebut dan cara cacing tersebut masuk untuk menginfeksi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, tingkat sanitasi lingkungan telah membantu mengurangi angka kejadian terjadinya infeksi cacing ini. Di Indonesia sendiri, penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing masih menjadi salah satu masalah kesehatan. Meski terdengar sepele, angka prevalensi penderita cacingan di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, banyak daerah di Indonesia yang tingkat prevalensi cacingannya berada di atas 50 persen. Pada anak usia sekolah bahkan jumlahnya mencapai 80 persen.

“Jumlah tersebut tentu saja tidak bisa disepelekan. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap sepele cacingan dan berbagai mitos yang ada juga membuat angka cacingan tidak menurun,” ucap Rospita Dian, Head of Medical Affairs, PT. Johnson & Johnson Indonesia, yang ditemui dalam jumpa media bersama Combantrin, di Jakarta, Selasa (17/10).

Dian pun mengungkapkan sejumlah fakta dari berbagai mitos seputar cacingan yang banyak beredar di masyarakat berikut ini:

1. Cacingan tidak berbahaya

Faktanya, cacingan dapat memengaruhi asupan, pencernaan, penyerapan, dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan, cacingan dapat menimbulkan kerugian terhadap kebutuhan zat gizi karena kurangnya kalori dan protein, serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan, dan produktivitas, cacingan juga dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga penderitanya menjadi mudah sakit. Pada anak, cacingan dapat menyebabkan stunting dan menurunnya kecerdasan. Sementara pada kasus yang berat, cacingan bahkan dapat menyumbat usus hingga menyebabkan kematian.

2. Obat cacing cukup diminum sekali seumur hidup

Untuk mencegah cacingan, Pemerintah menyarankan untuk mengonsumsi obat cacing setidaknya satu kali setahun. Sementara bagi Anda yang tinggal di wilayah endemis, disarankan untuk mengonsumsi obat cacing setiap enam bulan sekali. Obat cacing bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi juga bagi dewasa.

3. Cacingan merupakan penyakit kaum miskin

Selain tidak memandang usia, cacingan juga tidak memandang status sosial. Memang, sanitasi yang buruk penyebab cacingan banyak terjadi pada kaum miskin. Namun orang menengah ke atas bisa saja mengalami cacingan bila tidak menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.

4. Cacingan bukan penyakit menular

Larva atau telur cacing bukan hanya dapat menular melalui tanah, tetapi juga dari makanan yang sudah terkontaminasi, air yang kurang bersih, melalui kuku dan tangan, dan benda yang terkontaminasi. Larva cacing juga dapat menembus kulit. Bila ada anggota keluarga yang menderita cacingan, maka anggota keluarga lainnya juga berisiko tertular cacingan.

5. Cacingan hanya bisa dialami anak-anak

Cacingan memang rentan dialami oleh anak-anak, tetapi bukan berarti orang dewasa tidak dapat tertular cacingan. Kenyataannya, cacingan dapat dialami oleh siapapun tanpa memandang usia dan status sosial. Maka, orang dewasa pun disarankan untuk mewaspadai dan mencegah cacingan. Apalagi gejala cacingan pada orang dewasa seringkali disalahartikan sebagai gejala penyakit lain.




Buat lebih berguna, kongsi: