
Secara umum ada dua gaya yang digunakan dalam trading forex yaitu trading dengan jangka waktu lama atau trading long term, dan juga trading dengan jangka waktu pendek atau trading short term. Apa beda keduanya, apa kekurangan dan kelebihan keduanya, dan gaya mana yang cocok untuk Anda? Mari pertimbangkan keduanya terlebih dahulu.
Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (17 November 2017), dan dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.
Trading Forex Jangka Panjang (Long Term Trading)
Pada dasarnya strategi trading long term adalah menahan untuk tidak melakukan close dalam jangka waktu yang lama. Keuntungannya adalah Anda anda tidak perlu banyak waktu untuk mengawasi pasar. Anda tidak menghabiskan kan banyak waktu untuk trading dan lebih banyak menikmati waktu Anda untuk hal-hal yang penting bagi Anda.
Banyak broker terkemuka mengatakan bahwa semakin lama anda memegang investasi anda, semakin kecil kemungkinan anda menderita rugi. Semakin lama waktu investasi anda, maka semakin tinggi probabilitas anda menang. Kesimpulannya, trading jangka panjang memiliki resiko yang lebih kecil karena anda terhindar dari kesalahan menebak harga dalam jangka pendek.
Trading Forex Jangka Pendek (Short Term Trading)
Pada umumnya para trader lebih suka melakukan strategi trading short term atau harian. Biasanya mereka adalah yang lebih senang mengambil beberapa pips saja namun bisa melakukannya beberapa kali dalam sehari. Konkretnya, mereka lebih senang meraih 10 pips selama 10 kali dalam satu hari daripada meraih profit 100 pips dalam 1 posisi dengan mengalami floating loss terlebih dahulu.
Namun melakukan strategi meraih sedikit untung dalam jangka pendek seperti ini harus berhati-hati juga, karena mengulanginya secara terus menerus setiap hari bisa membuat bosan dan tak sengaja lengah melakukan kesalahan yang berujung pada floating loss besar.
Analisa Rupiah 20-24 November 2017
Tinjauan fundamental
Akhir minggu lalu Rupiah sempat menguat hingga level 13508 versus USD sebelum ditutup pada 13523, menguat tipis dibandingkan minggu sebelumnya yang 13528. Meski demikian USD/IDR masih begerak sideways dengan range yang sempit antara 13557 hingga 13508. Sentimen penguatan terjadi setelah Kamis sore 16 November lalu Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4.25%.
Sehari sebelumnya, rilis data surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober yang menyusut signifikan tidak mempengaruhi pergerakan Rupiah karena pasar lebih fokus ke suku bunga. Disamping itu belum jelasnya RUU pajak AS dan kembali diusutnya dugaan campur tangan Russia dalam pilpres AS telah menyebabkan greenback melemah akhir pekan lalu.
Minggu ini tidak ada rilis data ekonomi dari dalam negeri, dan pergerakan Rupiah versus USD akan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen terhadap notulen meeting FOMC awal bulan ini yang akan dirilis Kamis dini hari mendatang, pidato ketua The Fed Janet Yellen dan kelanjutan pembahasan RUU pajak AS.
Jika berlanjut menguat, support kuat USD/IDR ada pada level 13508 hingga 13465, dan jika melemah, resistance kuat ada pada level 13557 hingga 13585.
Jadwal rilis data fundamental:
Rabu, 29 November 2017:
Jam 16:50 WIB: Uang beredar M2 di Indonesia bulan Oktober 2017 y/y: bulan sebelumnya: +10.9%.

Kamis, 30 November 2017:
Jam 07:30 WIB: Indeks Manufacturing PMI Indonesia versi Nikkei bulan November 2017: bulan sebelumnya: 50.1. Perkiraan: 51.2.

Jum’at, 1 Desember 2017:
Jam 11:00 WIB: Inflasi inti Indonesia bulan November 2017 y/y : bulan sebelumnya: +3.07%. Perkiraan: +3.92%.

Jam 16:00 WIB: Pertumbuhan kredit bulan Oktober 2017 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +7.9%, perkiraan: +8.5%.

Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini adalah notulen meeting FOMC, Durable Goods Orders, indeks kepercayaan konsumen UoM, Existing Home Sales, Jobless Claims dan pidato Janet Yellen.
Tinjauan teknikal

Chart daily : Rupiah masih bergerak sideways dengan kecenderungan menguat (USD/IDR cenderung bearish). Support kuat pada kurva ema 34 dan level 13508.00:
1. Harga masih bergerak dibawah kurva middle band indikator Bollinger Bands dan titik indikator Parabolic SAR masih berada diatas bar candlestick.
2. Kurva indikator MACD masih berada dibawah kurva sinyal (warna merah) dan garis histogram OSMA juga berada dibawah level 0.00.
3. Garis histogram indikator ADX berganti warna merah yang menunjukkan sentimen bearish, tetapi masih berada dibawah level 25 yang menunjukkan kondisi sideways.
Konfirmasi sell jika kurva indikator RSI telah berada dibawah center line (level 50.0).
Level pivot mingguan : 13529.33
Indikator: simple moving average (sma) 200 dan exponential moving average (ema) 34 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).
Resistance : 13557.00 ; 13585.00 ; 13618.00 (level 38.2% Fibonacci retracement) ; 13640 ; 13690.00 ; 13723.00 ; 13797.00 ; 13843 (50% Fibonacci retracement) ; 13905.00 ; 14012.00 ; 14063.00 (61.8% Fibonacci retracement) ; 14133.00 ; 14337.00 (76.4% Fibonacci retracement) ; 14493.00 ; 14784.00.
Support : 13508.00 ; 13465.00 ; 13415.00 ; 13385.00 ; 13343.00 (23.6% Fibonacci retracement) ; 13298.00 ; 13275.00 ; 13221.00 ; 13200.00 ; 13171.00 ; 13082.00 ; 13048.00 ; 12990.00 ; 12899.00 ; 12800.00 ; 12754.00 ; 12623.00 ; 12560.00.
Fibonacci retracement :
Titik swing low : 12899.00 (harga terendah 27 September 2016)
Titik swing high : 14784.00 (harga tertinggi 29 September 2015)
Buat lebih berguna, kongsi: