Inflasi PCE Tetap Lunak Meski Belanja Konsumen AS November Meningkat



Consumer Spending AS berakselerasi pada bulan November ditengah meningkatnya permintaan barang rekreasi, namun trend belanja konsumen yang kokoh sepertinya sulit untuk dipertahankan karena simpanan/ savings warga Negeri Paman Sam turun hingga level paling rendah sembilan tahun. Personal Spending adalah sebuah indikator yang menghitung total nilai barang dan jasa yang dibelanjakan oleh konsumen pada bulan lalu. Personal Spending yang juga termasuk dalam bagian Consumer Spending (C) dalam perhitungan GDP dapat membuat pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

The Commerce Departement pada hari Jumat (22/12) merilis data Consumer Spending bulan November yang naik 0.6 persen setelah naik 0.2 persen pada bulan Oktober. Data malam ini masih lebih baik dibandingkan estimasi ekonom dalam sebuah jajak pendapat sebelumnya yang memprediksi Consumer Spending AS November akan naik 0.5 persen. Jika disesuaikan dengan Inflasi, Consumer Spending bulan lalu hanya mencatatkan kenaikan 0.4 persen setelah tidak berubah pada bulan sebelumnya.

Departemen terkait juga merilis data Durable Goods Orders yang naik 1.3 persen, masih lebih lambat dibandingkan ekspektasi ekonom untuk kenaikan 2.1 persen. Sementara itu data pada bulan sebelumnya direvisi dari -1.2 persen menjadi -0.8 persen.

Trend Belanja Konsumen AS diprediksi dapat “angin segar” dari program pemotongan pajak penghasilan individu yang disahkan oleh Kongres minggu ini. Namun banyak ekonom berpendapat bahwa program pemotongan pajak tersebut lebih condong ke rumah tangga berpengasilan tinggi dimana memiliki tingkat konsumsi yang rendah.

Inflasi bulanan Core PCE (Personal Consumption Expenditures) bulan November belum menunjukan trend membaik dimana hanya mencatatkan kenaikan 0.1 persen, setelah mendapatkan gain 0.2 persen di bulan Oktober. Dalam basis tahunan, Core Inflasi telah naik 1.5 persen hingga bulan November, dari kenaikan 1.4 persen di bulan Oktober.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun

Data lain yang dirilis seperti Personal Income (Pendapatan Pribadi) yang naik 0.3 persen bulan lalu, setelah naik 0.4 persen bulan Oktober. Meski terjadi kenaikan Income, pengeluaran yang lebih besar melebihi pendapatan membuat tingkat simpanan/ tabungan warga AS menurun menjadi $426.2 Milyar di bulan November, tingkat paling rendah sejak 2008.
Buat lebih berguna, kongsi: